BANJARNEGARA – Balai Bahasa Jawa Tengah menggelar Penyuluhan Penggunaan Bahasa Indonesia pada Media Luar Ruangan, Kamis (17/19) di Hotel Surya Yudha, Rejasa, Banjarnegara. Hadir dalam penyuluhan tersebut Asisten Setda Bidang Ekbang Kesra, Nurul Aini SH MM,  Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, Dr. Tirto Suwondo, M.Hum, dan 40 peserta dari unsur OPD, Perbankan, pengembang perumahan, pelaku wisata, sekolah, dan pengusaha papan reklame.
Dalam sambutannya Tirto Suwodo mengatakan bahasa Indonesia sudah kita dipakai sejak dahulu, kemudian pada SD, SMP sampai perguruan tinggi masih diajarkan bahasa indonesia. Namun akhir-akhir ini terutama saat era informasi masuk ke indonesia, ada upaya yang sistematik sehingga bahasa indonesia menjadi berpengaruh.
“Ketika bahasa indonesia digunakan oleh kaum muda, saat ini tidak murni bahasa indonesia tapi dicampur bahasa lain. Ini juga terjadi juga di luar ruang publik misal jalan raya, papan reklame, spanduk dan sebagainyaâ€, ungkapnya.
Padahal, menurut Tirto, bahasa indonesia telah di perjuangan oleh pejuang terdahulu. Sebagaimana tercantum dalam sumpah pemuda. Indonesia memiliki 646 bahasa daerah, namun oleh Pendahulu kita bahasa indonesia digunakan sebagai bahasa persatuan dengan harapan bahasa daerah masuk kebudayaan dan hingga saat ini masih digunakan di indonesia.
“Ini yang menjadi keprihatinan Balai Bahasa Jawa Tengah sehingga kami berupaya mengajak bersama-sama memperbaiki sikap dan kembali memperkuat identitas kebangsaan kitaâ€, imbuhnya.
Sementara itu, Nurul Aini yang mewakili Setda Banjarnegara, mengatakan  bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa dengan penutur terbesar di dunia. Disamping itu, bahasa indonesia memiliki keluwesan dalam mengadopsi kosa kata baru dari berbagai disiplin ilmu, sehingga sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Jika dilihat secara cermat, kondisi kebahasaan di indonesia saat ini cukup memprihatinkan sudah mulai tergeser oleh bahasa asingâ€, ungkapnya.
Ia menuturkan, tempat-tempat yang seharusnya menggunakan bahasa indonesia sekarang ini mulai banyak menggunakan bahasa yang tidak lagi menunjukkan jati diri keindonesiaan, sehingga wajah indonesia menjadi asing di mata masyarakat sendiri.
“Untuk itulah kami menghimbau melalui forum ini, terutama kalangan dunia usaha untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar pada media luar ruang untuk publikasi produknyaâ€, imbuhnya.
Ia menambahkan, penggunaan bahasa merupakan simbol jati diri sehingga menggunakan bahasa asing pada media luar ruang justru dapat menghilangkan jati diri. Karena, setiap bahasa pada dasarnya merupakan simbol jati diri penuturannya begitu pula halnya dengan bahasa indonesia yang merupakan simbol jati diri bangsa.
“Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus senantiasa kita jaga dan kita lestarikan,” katanya.
Salah seorang peserta, Dey, merasa senang dengan penyuluhan ini. Dirinya yang merupakan desainer grafis dan pelaku industri kreatif, kerap melayani permintaan pelanggan. Ia sering dibuat bingung oleh kemauan pelanggannya.
“Umumnya mereka ingin desainnya memakai bahasa gaul yang keluar dari kaidah bahasa,” ujarnya.
“Sebagai pemberi jasa saya harus melayani. Namun esok akan saya anjurkan untuk memakai bahasa yang lebih baik. Bahasa Inggris boleh tapi utamakan bahasa Indonesia,” pungkasnya.* (Muji P/Dinkominfo)
0 Komentar