Gempa terjadi tiba-tiba di SMA Negeri 1 Sigaluh. Jerit bersahut-sahutan siswa membuat situasi semakin mengerikan. Kepala sekolah melalui pengeras suara meminta semua untuk tenang dan tidak panik. Sejurus kemudian semua siswa dikomando para guru menuju ke tengah lapangan upacara sebagai titik kumpul, dan melakukan pendataan. Siswa yang tertimpa bangunan segera ditandu keluar kelas dan dilarikan ke rumah sakit. Sementara itu satu siswa meninggal tidak tertolong. Tenda Pos Komando (Posko) bencana pun segera didirikan.
Hal tersebut bukanlah situasi nyata, melainkan hanya simulasi siaga bencana yang dilakukan di SMA Negeri 1 Sigaluh, Jumat (8/11). Dipandu oleh tim dari Badan penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, ratusan siswa didampingi para guru mengikuti simulasi tersebut.
Pertama mereka mengikuti materi mengenai mitigasi bencana dengan pemateri Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Bencana BPBD Banjarnegara Andri Sulistyo.
Andri mengatakan, hampir 35 % keselamatan seseorang dalam menghadapi bencana ditentukan oleh kesiap siagaannya sendiri.
“Karenanya, secara mandiri kita harus tahu bagaimana cara bertahan hidup ketika kita menghadapi bencana. Pertolongan dari orang lain sangatlah minim prosentase keselamatannya†ujar Andri.
Utamanya di kawasan yang rawan longsor seperti di kecamatan Sigaluh dan sekitarnya, Andri menekankan mengenai pentingnya kepahaman mengenai tanda-tanda longsor.
“Ketika ada tanda-tanda longsor, seperti ada rekahan tanah, pohon miring, ada resapan air baru, air keruh hingga bunyi bergemuruh, segera saja mengungsi. Jangan tunggu lama-lama. Yang dibawa cukup surat-surat berharga dan perlengkapan hidup seperlunya.Utamakan nyawa selamat†tandas Andri.
Kepala SMAN 1 Sigaluh Ibnu Rohmadi mengungkapkan, pihaknya merasa perlu untuk mengadakan simulasi bencana ini mengingat saat ini sudah mulai musim penghujan sehingga rawan terjadi bencana longsor.
“Siswa kita hampir 90 persen tinggal di lereng-lereng perbukitan. Maka kami tidak ingin ketika ada bencana longsor, mereka menjadi korban. Karenanya, sejak dini kami bekali mereka dengan kemampuan mitigasi bencana, harapannya ketika bencana benar-benar datang, mereka sudah siap†jelas Ibnu.
Ketua OSIS SMAN 1 Sigaluh Aji Prasestyo mengaku pelatihan ini sangat bermanfaat. Pasalnya kemampuan mitigasi bencana terkait keselamatan hidup setiap orang.
“Kita jadi tahu apa yang harus dilakukan ketika bencana datang. Sebelumnya kita tidak tahu tentang struktur organisasi Posko ketika terjadi bencana, bidang-bidang apa saja yang harus segera dibuat dan juga tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan. Dengan pelatihan ini, kita jadi tahu bagaimana komunikasi, evakuasi sampai dengan asesmen ketika terjadi bencana. Ini sangat bermanfaat dan saya kira semua sekolah harus melakukan simulasi seperti ini†jelas Aji.
Wakasek Humas SMA Negeri 1 Sigaluh Heni Purwono menambahkan, pihaknya merasa perlu ke depan untuk melakukan pelatihan yang lebih intensif dan juga membentuk tim siaga bencana di sekolah. Menurutnya, setiap sekolah harus memiliki tim siaga bencana.
“Kita tidak tahu bencana apa dan kapan terjadinya. Ketika berada di sekolah, kemungkinan besar kalau sekolah seperti kami rawan bencana gempa. Di sekolah lain mungkin ada yang rawan longsor, puting beliung bahkan banjir. Maka saya pikir kemampuan menghadapi bencana harus dimiliki oleh semua sekolah dengan karakteristik kerawanan bencana yang berbeda di masing-masing sekolah. Ini juga untuk menghadapi puncak curah hujan yang menurut BMKG akan jatuh bulan Februari, semoga tidak terjadi bencana. Namun kalaupun terjadi bencana, dengan banyaknya sekolah yang sudah terlatih menghadapi bencana, saya yakin akan semakin banyak relawan yang dapat diterjunkan ketika terjadi bencana†jelas Heni. (Muji P/Dinkominfo)
0 Komentar