18 November 2019 Jam 08:15

‘Mayuh Gaspol Mas Budi’ Upaya Cegah Stunting Di Banjarnegara

BANJARNEGARA – Bupati Budhi Sarwono menyatakan, penanganan stunting di Kabupaten Banjarnegara tidak hanya menjadi tugas Pemerintah Kabupaten, akan tetapi membutuhkan dukungan nyata semua pihak dari lintas sektor. Pernyataan tersebut disampaikan bupati saat membuka Seminar Stunting dalam Perspektif Gizi dan Sanitasi di Pendapa Dipayuda, Sabtu, 16 Nopember 2019. Seminar bertema “Mencetak Generasi Anti Stunting Dengan Optimalisasi Nusantara (Nutrisi Sanitasi Terintegrasi Bersama)” diselenggarakan Dinkes Banjarnegara diikuti oleh 300 peserta dari tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga kesehatan masyarakat dan bidan.

“Dibutuhkan koordinasi antar sektor dalam penanganan stunting agar bisa optimal, koordinasi itu meliputi komitmen, perubahan perilaku, akses pangan bergizi, penggalakan sanitasi, pemantauan serta evaluasi,” jelasnya bupati.

Bupati juga menginginkan peran tenaga kesehatan, organisasi profesi medis hingga kader posyandu di desa untuk lebih menggiatkan sosialisasi, mendampingi serta mengarahkan desa dan kelurahan untuk mendukung percepatan penaggulangan stunting.

“Untuk anggaran kesehatan dan pendidikan kami dukung, bahkan kalau perlu ditambah. Sekarang infrastruktur terutama jalan di Banjarnegara jauh lebih bagus. Tak lain salah satunya untuk mendukung kelancaran pelayanan kesehatan,” imbuhnya.

Kepala Dinkes Banjarnegara Dokter Ahmad Setiawan mengatakan, stunting secara umum merupakan kondisi tubuh pendek seseorang, namun perlu dijelaskan bahwa selain pendek ada masalah kesehatan yang lain.

“Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini dikarenakan anak stunted bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya atau bertumbuh pendek atau kerdil saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya. Yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia produktif” katanya.

Mayuh Gaspol Mas Budi

Dokter Ahmad menjelaskan, Dinkes sudah punya jargon untuk mencegah stunting di Banjarnegara, yakni “Mayuh Gaspol Bareng Mas Budi”. “Mayuh Gaspol” artinya upaya giat yang terus menerus, Sedang “Mas Budi” merupakan akronim yang Artinya : M (Meteng kudu cukup gizi, A (ASI ekslusif nganti bayi 6 wulan), S (Sewise 6 wulan diwei MP-ASI), B (Buang air besar nang jamban), U (Ukur dhuwure lan bobote karo timbangan), D (Diakehi mangan iwak, H (Hindari kukus rokok) dan I (Imunisasi lengkap bayi).

“Pake bahasa Banyumasan atau dialek Banjar, supaya lebih mengena,” kata Ahmad.

Seminar stunting ini menghadirkan nara sumber antara lain : dr Agus Wijanarko SSIT, M. Kes, Ahmad Yazid SKM, M. Kes, Arifian Nevi SKM dan dr Agus Fitrianto.
Salah satu nara sumber, dr Agus Wijayanto mengatakan, pencegahan stunting, tidak bisa dilepaskan dari perbaikan gizi dan sanitasi yang layak. Sehingga, kedua hal ini harus berjalan beriringan.

“Betul kata bupati, bahwa tugas pencegahan stunting dan perbaikan sanitasi bukan hanya tugas pemerintah, tapi ini menjadi tugas bersama seluruh komponen masyarakat, karena kepedulian kita terhadap masalah stunting dan sanitasi yang layak akan membawa anak-anak kita dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal,” katanya.

Berdasarkan data dari Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan (Baperlitbang) Kabupaten Banjarnegara, ada 27,1% persen Balita di Banjarnegara mengalami stunting. Angka prevalensi Balita stunting di Kabupaten Banjarnegara cenderung menurun. Pada tahun 2013 persentasenya 32,8% atau terdapat 22.446 kasus stunting, sedangkan dari hasil pendataan sementara per awal Oktober 2019 turun menjadi 19.741 kasus. *(Muji P/Dinkominfo)*

[supsystic-social-sharing id='1']

Artikel Terkait…

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *