Darah seni, rupanya demikian kental dalam diri guru seni SMP Negeri 4 Kalibening, Kabupaten Banjarnegara ini. Orang tuanya yang juga pecinta seni, tak hanya mengarahkannya untuk menempuh pendidikan di Sendratasik Unnes. Ayah-ibunya bahkan sepakat menyematkan nama indah pada anak sulung dari dua bersaudara, yakni Ratna Saraswati. Ratna artinya permata, intan mulia. Sedang Saraswati yang dipilih dari Bahasa Sanskerta ‘Sarasvati’, berarti kekuatan dan kesaktian. Sarasvati juga merupakan Dewi dari pengetahuan, musik, seni, dan kebijaksanaan.
Shakespeare, sang “Pujangga dari Avon†bersabda dalam kalimat saktinya : what is in a name, apalah arti sebuah nama?. Nyatanya, nama adalah doa. Maka tak heran jika Ratna Saraswati sudah gandrung menari sejak usia lima tahun. Ratna kecil yang selalu riang, suka terkesima jika melihat orang menari. Ia merekam dalam memori bocahnya yang tajam siluet lenggak lenggok para penari. Baik melihat di layar televisi, maupun langsung di panggung ketika ada acara di kampung. Sebentar kemudian biasanya dia lari ke kamar untuk mengambil selendangnya, mematut diri di depan kaca. Dan…. menarilah Ratna kecil dengan lenggak-lenggok bak penari profesional yang luwes dan penuh percaya diri.
Ketika menginjak remaja, darah seninya semakin menggelora. Bahkan, Ratna si gadis usia belasan kala itu tak hanya mahir menari, namun juga fasih bernyanyi, baca puisi, malahan sudah bisa mengarang lagu sederhana. Beberapa lomba kesenian baik tingkat kecamatan, maupun kabupaten di jenjang SD, SMP, hingga SMA selalu diikutinya dengan penuh keyakinan. Sejumlah kejuaraan pun berhasil disandang.
Dan saat kuliah di Jurusan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Universitas Negeri Semarang itulah, kemantapan serta kedewasaannya semakin terbentuk sebagai pondasi meraih impiannya, menjadi guru yang berkecimpung dalam jagad kesenian. Meski mengambil jurusan Pendidikan Seni Tari, Ratna yang supel mampu bermusik dengan baik. Ternyata, ia tak cuma aktif di ruang kuliah. Ratna bergiat pada UKM paduan suara dan Panembrama. Disamping itu juga hasil sharing ilm dan bergaul dengan teman-temannya, terutama mahasiswi dari Jurusan Seni Musik.
“Saya haus belajar ingin menguasai keduanya. Saya dari jurusan seni tari menularkan pelajaran tari kepada teman yang jurusan musik. Sebaliknya saya banyak menyerap ilmu dari mereka. Indahnya berbagi, jadi sambil menyelam kita minum susu,†gurau guru Ratna yang juga akrab disapa Bu Nana ini mengibaratkan. Pun, ketika ditemui ASPIRASI di sekolahnya, tampak ia akrab dengan beberapa siswanya.
Usai kuliah di Unnes ia sempat mengenyam pengalaman mengajar tari di TK Hj. Isriati Baiturrahman 2, Islamic Center Semarang, tahun 2005-2009 sebelum akhirnya pulang ke Banjarnegara untuk mengikuti tes CPNS. Ia lolos dengan penempatan pertama hingga sekarang di SMP Negeri 4 Kalibening sejak 2009 hingga sekarang.
Inspirasi dari Jalan
Jarak dua puluh lima kilometer dari rumahnya di Kota Banjarnegara menuju tempat tugas di Kalibening, seolah tak membuatnya lelah. Ia selalu berusaha tampil prima untuk memberikan ilmu kepada murid-muridnya, serta mengisi hari-harinya yang selalu aktif ceria serta percaya diri. Suka duka selalu ada, tapi dijalaninya selaras mengikuti arus waktu.
“Inilah duniaku, dunia pendidikan, dan juga dunia seni yang sudah kugeluti di sini setiap hari. Pokoknya indah, damai, penuh kebersamaan dan kekeluargaan,†ucap Bu Nana yang telah 11 tahun menjadi guru di SMP 4 Kalibening sejak selembar SK CPNS mengantarkan langkah kakinya menuju ladang pengabdian itu.
Dia mengisahkan, sebelumnya jalan menuju Kalibening rusak parah. Awal-awal mengajar, ia kaget karena harus menempuh jalan panjang berliku dengan medan pegunungan yang indah namun ekstrim. Hampir tiap hari ia lalui. Ada sebuah spot paling ekstrem di jalur itu yang sangat sulit dilalui kendaraan. Demi keselamatan diri, ia minta jasa penuntun sepeda motor untuk melewati spot maut itu. Kemudian ia kembali membalapkan sepeda motornya menuju sekolah.
Pernah pula suatu saat ketika pulang sekolah, di tengah jalan petir menyambar-nyambar. Tak lama kemudian hujan deras mengguyur jalanan Kalibening. Bu Guru Ratna menghentikan laju motornya. Dicarinya tempat berteduh, sebuah gubuk tak jauh dari pinggir jalan. Ia pun berteduh di gubuk itu, sembari menanti huja reda.
“Tak terasa, kadang saya menemukan inspirasi lagu atau gerakan-gerakan tari dalam jeda perjalanan itu. Seperti ketika berteduh itu saya menemukan rangkaian melodi untuk beberapa bagian lagu yang sedang saya ciptakan, yaitu lagu Mayuh Plesir Maring Banjar,†kenangnya.
Lagu tersebut sudah direkamnya dan telah tayang di channel youtube. Ia yang menyanyikannya sendiri. Dia dedikasikan lagu berbahasa Jawa itu sebagai sumbangsih untuk turut mempromosikan pesona wisata dan budaya Banjarnegara.
“Lama kelamaan saya pun menghayati, dan menikmati setiap perjalanan itu. Inilah jalanku untuk memberi arti pada dunia pendidikan yang saya geluti, dengan mengajarkan ilmu yang bermanfaat untuk anak didikku,†kenang perempuan yang punya sesanti hidup “sapa sing tekun bakale tekanâ€.
“Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah. Jalan-jalan kabupaten sekarang bagus dan mulus, termasuk yang menuju sekolah kami. Saya, teman-teman guru dan murid-murid kami sangat terbantu. Dan ruas jalan Kalibening sekarang benar-benar sudah bening, halus mulus dan pemandangannya makin mempesona. Banyak wisata desa dibangun di sepanjang jalan. Yang pasti, kami bisa lebih cepat pulang pergi ke sekolah dengan selamat dan lancar,†ujarnya.
Totalitas dalam Bekerja
Dia menceritakan bahwa dia mengajarkan metode pembelajaran seni tari kepada anak didiknya dengan sentuhan hati dan inovasi. Dalam mengajar, ia berusaha mendekatkan diri dengan siswanya, agar hasilnya maksimal.
Kegiatan selain mengajar di sekolah cukup beragam. Yang cukup berkesan antara lain ketika ia menampilkan karya inovatif guru, pada tahun 2017. Pada Pameran Karya Guru yang diselenggarakan PGRI Kabupaten Banjarnegara itu, ia mencoba menampilkan tiga tarian dan tiga lagu dalam durasi 30 menit.
“Cukup seru latiannya, terutama dalam penyelarasan transisi antar lagu dan antar gerakan. Namun setelah jadi dan tampil kompak, puasnya luar biasa,†kenangnya diiringi tawa renyah.
Demikian pula ketika ia menjadi salah satu penari pembuka pada kirab budaya hari jadi Banjarnegara pada 26 Februari 2020 lalu. Pentas kolosal tersebut diikuti ratusan penari yang mampu memukai ribuan pengunjung.
Panggilan dari Hati
Berbagai ajang lomba seni, khususnya seni tari dan musik di Kabupaten Banjarnegara kerap membutuhkannya. Baik sebagai pembina di sekolahnya sendiri, sebagai pelatih di sekolah lain, maupun ketika didapuk panitia sebagai juri. Semua dilakoni dengan manajemen waktu yang telah disusunnya dengan jeli.
Namun ada sebuah pengalaman yang sangat berkesan ketika, suatu hari dia dihubungi seorang seniman dubbing, sekaligus penulis dan jurnalis yang cukup punya nama, untuk menyanyikan sebuah lagu sebagai sountract novel. Kendy Setiawan, sang penulis itu, sedang berproses kreatif mentransformasikan novel karyanya dalam bentuk audio, berjudul “Langit Masih Biruâ€. Nah, di sini Ratna Saraswati dipercaya untuk menyanyikan lagu tema berjudul “Hatiku Iniâ€.
Rupanya, sahabatnya yang berdinas di Humas Banjarnegara yang merekomendasikan dirinya untuk dilibatkan dalam proyek eksperimen-kreatif itu. Anehnya, begitu disodori premis novel dan mendengarkan contoh lagunya, Ratna seperti connected, ikut merasakan pengalaman estetis penulisnya.
“Jujur, saya seperti ikut merasakan sebuah energi cinta yang menggetarkan dalam novel ini. Hati saya terpanggil untuk berbagai rasa. Setiap orang jelas mengalami kesukaan dan kedukaan, seperti yang kualami. Dan menurutku penulis berhasil menarasikan perasaannya dengan manis menggunakan kiasan yang mempesona,†kesan Ratna yang menginterpretasikan lagu tersebut cukup emosional. Audio-novel “Langit Masih Biru†telah tayang di channel youtube penulisnya secara berseri, tiap Jumat dan Sabtu. Novel tersebut juga sedang dalam proses terbit versi cetak oleh Yayasan Carablaka, pimpinan sastrawan Banyumas Ahmad Tohari.
Kini, setelah 11 tahun lebih melaju dari Kota Dawet Ayu ke ladang pengabdiannya, Ratna bersyukur atas segala sesuatunya. Pencapaiannya masih jauh dari sempurna, tapi terus dimknai sembari menghargai proses yang tengah dilalui.
Dengan kematangan keutuhan pribadi, Ratna Saraswati telah memantapkan diri mengabdi pada jalur pendidikan dan juga Seni yang ditekuninya. Baginya, pendidikan adalah jalan berproses menuju pencerahan batin yang mengasuh budi pekerti seseorang, hendak kemana arah dituju dalam hidup ini. Sedangkan Seni adalah media olah rasa yang menjadi bagian penting dari kehidupan. Tanpa seni hidup menjadi kaku.
“Kaku adalah mati, luwes itu hidup. Seni mengajarkan keluwesan dan kesembangan. Seni juga mengajarkanku menghargai perbedaan. Saya berharap melalui pengalaman melakukan, menikmati, mencipta dan mengkritik seni, seseorang akan terbentuk sikap dan karakternya dalam menghadapi hidup ini lebih arif. Dan, aku akan terus berkarya, berkesenian, karena itulah panggilan hatiku,†pungkasnya dengan menghempas senyum lega. * (mujiprast).
Ratna Saraswati,S.Pd.,M.Si.
• TTL : Banjarnegara, 9 Maret 1982
• Pekerjaan : Guru Pendidikan Seni SMP Negeri 4 Kalibening
• Alamat Sekolah : Jalan Raya Sembawa Km 10 Kalibening Banjarnegara
• Alamat Rumah : Perum Korpri Jalan Rajawali Nomor 75 RT 01 RW 05 Kelurahan Semarang, Banjarnegara 53411
• Telepon : 081328737324
• Medsos : (Facebook) Ratna Saraswati
Riwayat Pendidikan:
• 1987-1988 TK Cokroaminoto Kalibenda, Sigaluh
• 1988-1994 SDN Kalibenda
• 1994-1997 SMP Negeri 1 Banjarnegara
• 1997-2000 SMU Negeri 1 Banjarnegara
• 2000-2006 Pend. Seni Tari (Sendratasik) FBS Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang
• 2017-2019 Manajemen Pascasarjana Universitas Islam Batik Surakarta
Kegiatan / Prestasi
• Juara 1 Lomba Keroncong PGRI Kabupaten Banjarnegara Tahun 2017
• Juara 3 Festival Tembang Lawas HAMMERS Kab. Bna Tahun 2016
• Instruktur nasional Guru Pembelajar
• Tim Pengembang Kurikulum 2013
• Instruktur Kabupaten Kurikulum 2013 Jenjang SMP Tahun 2018
• Guru Inti PKP 2019
Organisasi / Komunitas :
• Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMP Kabupaten Banjarnegara (2016-2019)
• Paguyuban Pawiyatan Permadani angkatan V
• 1988-1994 Sanggar tari Pak Sardiman
• 1994-2000 Sanggar tari Tiara, dan Arumsari
==========
0 Komentar