BANJARNEGARA – Hujan yang turun sejak Selasa (23/4/2024) pagi tidak membuat semangat siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara untuk beraktivitas belajar surut. Terlebih kegiatan belajar pagi itu di luar kelas, karena mereka akan melaksanakan kegiatan observasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di kebun hidroponik Agrotera, Kelurahan Semampir, Banjarnegara.
Dengan puluhan angkot, mereka berangkat menerjang derasnya hujan. Sampai di lokasi, relatif aman karena ternyata kebun melon objek observasi mereka adalah greenhouse yang ditutupi plastik pelindung.
Di sana mereka dipandu langsung oleh owner Agrotera Moko dan juga owner Kebun Hidroponik Bersemi Banjarnegara Yunus Rosyadi.
Selama lebih dari satu jam, mereka diajak berkeliling dan mendapat penjelasan tentang hidroponik buah melon.
Rata-rata secara umum para siswa tahunya hidroponik untuk sayuran, tetapi di Agrotera diterapkan pada buah melon dengan metode NFT (Nutrient Film Technique).
“Dengan teknik hidroponik dan di dalam green house, hama tanaman bisa diminimalisir sehingga tidak menggunakan pestisida. Karena itu untuk penyerbukan atau pollenisasi dilakukan secara manual dengan bantuan manusia. Bunganya kita kawinkan,” jelas Moko yang disambut tawa para siswa mendengar penjelasan itu.
Salah satu siswa kelas X-4 Ikhsan Mukhafidin mengaku kegiatan hari ini sangat bermanfaat karena bisa praktek penyerbukan secara langsung dan tahu bagaimana menentukan bunga jantan dan bunga betina, bahkan cara mengawinkannya.
“Jadi tahu kalau melon modelnya seperti salak juga, dikawinkan. Berkebun melon dengan cara hidroponik merupakan pengetahuan baru buat saya,” ujar Ikhsan.
Sejumlah 233 siswa mengikuti kegiatan ini, yang nantinya ilmu yang didapatkan juga akan mereka praktikkan di rumah dan sekolah. Tak hanya belajar, suasana kebun yang penuh warna dengan kuncup bunga melon pun menjadi sasaran para siswa untuk berswafoto ria. Terlihat jelas rona kegembiraan mereka belajar di luar ruangan.
Kepala SMAN 1 Sigaluh Antono Aribowo berharap kegiatan ini memancing siswa untuk memperluas wawasan.
“Selama ini kan mereka belajar di kelas, lingkungan masyarakat juga bertani salak. Nah, ini jadi alternatif siapa tahu ke depan mereka juga bisa budidaya tanaman hidroponik sehingga saat harga salak hancur seperti saat ini, mereka yang mau jadi petani punya alternatif pertanian lain,” harap Antono.***
0 Komentar