Ebiet G. Ade memiliki nama lengkap H. Abid Ghoffar bin Aboe Dja’far, lahir pada 21 April 1954 di Wanadadi, Banjarnegara, Jawa Tengah. Ia adalah seorang penyanyi dan penulis lagu legendaris Indonesia yang dikenal dengan lagu-lagu bertema alam, sosial, dan kemanusiaan. Majalah Rolling Stone Indonesia memasukkan namanya dalam daftar 50 Penyanyi Terbaik Indonesia, karena kontribusinya yang besar dalam industri musik Indonesia.
Ebiet merupakan putra bungsu dari enam bersaudara. Ayahnya, Aboe Dja’far, adalah seorang pegawai negeri sipil, sedangkan ibunya, Saodah, adalah seorang pedagang kain di pasar Wanadadi dekat rumahnya. Ebiet menikah dengan Yayuk Sugianto (Koespudji Rahayu) pada 1982, dan mereka dikaruniai empat anak: Abietyasakti Ksatria Kinasih, Aderaprabu Hantip Trengginas, Byatriasa Pakarti Linuwih, dan Segara Banyu Bening.
Meskipun berasal dari keluarga sederhana, minatnya terhadap musik sudah terlihat sejak kecil. Ia belajar bermain gitar dari kakaknya dan melanjutkan kursus di Yogyakarta. Meskipun hanya menyelesaikan pendidikan hingga SLTA karena keterbatasan biaya, namun semangatnya dalam bermusik tidak surut. Pada tahun 1971, ia bergabung dengan Pelajar Islam Indonesia dan berinteraksi dengan seniman-seniman Yogyakarta, termasuk Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Meski tertarik pada puisi dan bercita-cita menjadi penyair, ia lebih memilih menyanyikan puisinya dengan melodi yang disebut musikalisasi puisi. Inilah yang menjadi ciri khas dan cikal bakal kariernya di belantika musik tanah air.
Ebiet pertama kali tampil di pentas seni di Yogyakarta dan sekitarnya, di mana ia memusikalisasikan puisi-puisi karya penyair terkenal. Pada 1979, setelah beberapa kali ditolak oleh label rekaman, ia akhirnya bergabung dengan Jackson Record dan merilis album debutnya yang perdana berjudul Camellia I. Album ini menjadi titik awal kesuksesannya di dunia musik Indonesia.
Nama “Ebiet” sendiri berasal dari kesulitan guru bahasa Inggrisnya dalam mengucapkan nama “Abid”, yang kemudian menjadi akrab di telinga teman-temannya. Sejak itu, Ebiet G. Ade merilis berbagai album yang sukses, termasuk Camellia II dan Camellia III, hingga Camellia IV serta lagu-lagu hits seperti “Berita Kepada Kawan“, “Untuk Kita Renungkan“, dan “Kupu-kupu Kertas“. Lagu-lagunya seringkali menyentuh tema kehidupan sehari-hari, alam, serta kritik sosial dan politik.
Ebiet dikenal sebagai pioner dalam genre musik folk pop dan balada di Indonesia. Ia memiliki kemampuan unik dalam menciptakan lirik yang puitis dan menyentuh hati pendengar. Selain itu, semua lagu yang dinyanyikannya ditulis sendiri, menunjukkan dedikasinya terhadap seni musik. Melalui karya-karyanya, ia berhasil membawa pesan-pesan sosial yang mendalam kepada masyarakat. Selain karier musiknya, Ebiet juga dikenal sebagai seorang filantropis yang aktif terlibat dalam berbagai kegiatan sosial. Ia sering memberikan dukungan kepada anak-anak kurang mampu dan terlibat dalam program-program kemanusiaan.
Ebiet G. Ade adalah sosok yang tidak hanya berkontribusi besar dalam dunia musik Indonesia tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang melalui lirik-liriknya yang peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan. Dengan lebih dari empat dekade berkarya, ia tetap relevan dan dicintai oleh generasi baru pendengar musik di Indonesia.
Meski telah lanjut usia, Ebiet masih aktif menyambangi penggemarnya di seluruh Indonesia. Para penggemar Ebiet juga mendirikan komunitas members EGA (membumi bersama Ebiet G.Ade). Members EGA adalah komunitas pecinta karya Ebiet G. Ade. Sebagai ajang silaturahmi dan apresiasi karya-karya Ebiet.**( Nadya Aurora Salsabila/b-sumber).

0 Komentar