7 Februari 2025 Jam 15:06

Pengawas Sekolah Ingatkan Pentingnya Refleks

Selama ini sekolah sering kali melaksanakan evaluasi, namun belum membiasakan refleksi. Padahal, refleksi selain berkaca pada masa lalu juga merencanakan sesuatu di masa depan.
Hal itu diungkapkan oleh Pengawas SMA Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IX Provinsi Jawa Tengah Sabar Riyanto, Jumat (7/2/2025), saat melaksanakan Penilaian Kinerja Kepala Sekolah (PKKS) di SMAN 1 Sigaluh.
Menurutnya, refleksi perlu dilakukan dalam berbagai kesempatan kegiatan.
“Para siswa dapat melaksanakan refleksi pembelajaran dipandu oleh gurunya. Para guru juga dapat melaksanakan refleksi ketika mengajar atau melaksanakan kegiatan lain dengan dipandu oleh kepala sekolah. Sehingga selain ketemu hal-hal yang masih kurang, juga diketahui tentang perasaan, fakta bahkan ke depannya mau melakukan apa dengan adanya refleksi ini,” jelas Sabar.
Ia juga mencontohkan, kepala sekolah atau guru yang baru saja mengikuti pelatihan dapat melakukan refleksi bahkan membuat tindak lanjut.
“Selama ini kenapa guru setelah mengikuti pelatihan terkadang mandek tidak ada perubahan? Karena tidak melakukan refleksi, apa lagi tindak lanjut. Karenanya refleksi menjadi sangat penting di masa mendatang,” tandas mantan Kepala SMAN 1 Wonosobo itu.
Ia juga menyoroti tentang para guru yang mengabaikan aspek perencanaan. Menurutnya perencanaan pembelajaran adalah setengah keberhasilan dalam pembelajaran.
“Jadi kalau RPP atau modul ajar saja tidak dicetak, mana ada persiapan guru sebelum mengajar. Pasti ia hanya mengandalkan kebiasaan saja. Tidak ada perubahan berarti dalam setiap pembelajaran. Padahal dokumen modul ajar dinamis sifatnya, harus selalu up to date menyesuaikan dengan tipikal siswa yang dihadapi. Karenanya saya sering mengatakan jika guru terbaik ya guru yang sedang PPL (Praktik Pembelajaran Lapangan), karena dokumen perencanaannya pasti lengkap,” tandas Sabar.
Dalam kesempatan itu Sabar juga mengajak agar kepala sekolah atau guru senior dalam melaksanakan supervisi mengedepankan pendekatan coaching.
“Jadi model menilai pembelajaran dengan modal instrumen saja tidak cukup. Ajak guru yang disupervisi melakukan praktik coaching, sehingga persiapan mengajar lebih matang dan setelah supervisi juga dapat memperbaiki diri secara sadar dan mandiri,” pungkas Sabar.*

[supsystic-social-sharing id='1']

Artikel Terkait…

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *