Tingginya angka perceraian dan pernikahan dini di Banjarnegara menjadi keprihatinan. Bahkan munculnya angka kriminalitas belakangan ini diduga kuat juga pelaku berasal dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Karena itu, ketahanan keluarga menjadi sangat penting.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Oemah Sakinah Banjarnegara Imam Subarkah dalam acara Talk show bertema “Kita Bikin Romantis” yang digelar Minggu (13/4/2025) di gedung PGRI Banjarnegara dan diikuti ratusan peserta.
Hadir sebagai narasumber adalah pasangan praktisi parenting dan konselor keluarga Hatta Syamsuddin dan Vida Rabia’ah Al Adawiyah dari Solo.
Menurut Hatta, romantisme sangat penting dalam keluarga, dan sudah dicontohkan oleh Rasulullah 1400 an tahun yang lalu. Hanya saja, seringkali romantisme saat ini didestruksi oleh kisah seperti di India bahwa ketika suami mati maka istri mengikuti atau bahkan kisah cinta tragis Laila Majnun dan Romeo Juliet.
“Bagi seorang muslim, romantis itu wajib. Karena Rosulullah saja mengatakan orang yang paling baik adalah yang paling baik pada keluarganya. Beliau mencontohkan dengan nyata, sehabis wudhu ia cium istrinya. Mau sholat malam saja, beliau yang nabi, ijin ke istrinya yang tidur di sampingnya. Ia baca quran, sementara Aisyah yang haid berbaring di pangkuannya. Jadi setiap momen bisa menjadi romantisme,” ujar Hatta.
Hal terpenting lain, tambah Hatta, setiap pasangan harus fokus pada mengakui kelebihan masing-masing sekaligus menutup aib maupun kekurangan masing-masing pasangan.
Adapun istri Hatta, Vida, mengungkapkan tentang 6 ciri keluarga yang tangguh, diantaranya: afeksi dan apresiasi, tanggungjawab pada keluarga, komunikasi efektif, menikmati waktu bersama, sejahtera spiritual dan mampu menyelesaikan konflik.
Menurutnya, keluarga tangguh itu bertumbuh dan berkembangbiak dan berkembang baik.
“Hal yang perlu diwaspadai sebagai perusak ketangguhan keluarga adalah: ekspektasi yang terlalu tinggi kepada pasangan, tidak menyediakan ruang adaptasi dan kompromi, hanya fokus melihat kekurangan pasangan, tidak menyadari kekurangan diri, terjebak rutinitas dan kesibukan serta gagal membahagiakan diri sendiri,” jelas Vida.
Karena itu, tambah Vida, jangan terlalu serius ketika ngobrol dengan pasangan di rumah. Jangan spaneng (tegang) karena ketegangan yang terus menerus akan berpotensi putus seperti layangan.
“Jadi dalam rumah tangga, ngobrolin yang ngga penting itu penting. Kuncinya sederhana, ada di laki-laki sebagai pemimpin keluarga. Ia memimpin tapi tidak menakut-nakuti. Agar jadi keluarga sakinah, yang penting itu adalah laki-laki yang sabar dan perempuan yang siap taat,” tandas Vida.
Dalam kegiatan yang cuma-cuma itu juga dilakukan beberapa simulasi dan permainan yang dilakukan antar pasangan sehingga menambah keceriaan. Juga diberikan hadiah bagi peserta pasangan yang usia pernikahannya terlama, yaitu 32 tahun atas nama Yuniati dengan Suwarto dari Pucang. Panitia juga menyediakan foto booth para peserta yang hadir bersama pasangannya untuk berfoto dengan kemesraan.*** (Kominfo_mjp/hen).



0 Komentar