8 Juli 2025 Jam 10:15

Asli Dari Kota Dawet Ayu Banjarnegara, Ini Dia Sosok Tsabit Sekjen P3SI

Kongres Perkumpulan Program Pendidikan Sejarah Indonesia (P3SI) telah usai pekan lalu di Universitas Negeri Jakarta dengan terpilihnya Prof Dr Bahri dari Universitas Negeri Makassar sebagai ketua dan Dr Tsabit Azinar Ahmad dari Universitas Negeri Semarang. Terpilihnya Tsabit cukup menggembirakan karena di usianya yang masih kepala tiga, ia terpilih sebagai Sekjen P3SI.
Tsabit merupakan sosok sejarawan muda kelahiran kota Dawet Ayu Banjarnegara yang telah aktif meneliti sejak masih menjadi mahasiswa. Ia langganan mengikuti lomba Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di awal tahun 2000 an. Setelah lulus S1 dari almamater Unnes, ia melanjutkan ke S2 Pendidikan Sejarah UNS Surakarta. Terakhir, ia baru saja lulus program doktoral dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.
Tsabit sejak awal menjadi dosen cenderung menekuni bidang sejarah kontroversial, melanjutkan spesialisasi kolega seniornya di Unnes Prof Abu Suud, yang juga sama-sama lulusan doktoral UPI.
Dalam penelitian doktoralnya, Tsabit meneliti bahwa pendidikan sejarah abad ke-21 tidak hanya berperan sebagai sarana pemahaman masa lalu, tetapi juga bersinggungan dengan beragam isu.
“Terbaru misalnya tentang penulisan ulang sejarah nasional, masyarakat menilai Menbud Fadli Zon dalam bersatmen kurang memerhatikan aspek sosial, empati sejarah, dan literasi kritis, termasuk membahas difficult history yang mencakup narasi masa lalu traumatis, emotif, sensitif, konfliktual, dan bernuansa kekerasan,” jelas Tsabit.
Oleh karena itu, tambah Tsabit, mustinya penyajian materi sejarah resmi yang nantinya akan dirujuk oleh guru sejarah dalam mengajar harus menganalisis penyebab terjadinya dinamika materi sejarah, khususnya muatan difficult history, dalam setiap perubahan kurikulum di SMA. Pemerintah juga diharapkan menganalisis tanggapan dan upaya guru sejarah terhadap muatan difficult history melalui pedagogi kritis-dialogis. “Hasil penelitian saya menunjukkan dalam kurikulum sejarah terjadi dinamika materi, terutama berkaitan dengan muatan difficult history, karena dipengaruhi oleh perubahan politik dan sosial-budaya masyarakat. Contohnya adalah terjadinya resistensi terhadap perubahan narasi resmi pada kurikulum 2004 akibat tarik-ulur antara objektivisme sejarah dan konservatisme politik serta penolakan masyarakat terhadap konten mengenai peristiwa 1965,” jelas Tsabit.
Ia juga mengatakan sebagian besar guru mendukung pembelajaran difficult history, karena berpotensi memberikan pemahaman sejarah yang utuh, menanamkan nilai moral, dan mengembangkan keterampilan kritis serta empati siswa.
“Namun fakta di lapangan masih ada juga guru yang tidak nyaman karena menghadapi tantangan pembelajaran, seperti rendahnya literasi sejarah, keterbatasan sumber belajar, dan sensitivitas isu yang bernuansa sosial-politik,” tandasnya.
Sebagaimana namanya, kemunculan Tsabit sebagai Sekjen P3SI diharapkan menjadi sinar terang bulan sabit untuk kemajuan pendidikan sejarah di Indonesia menuju capaian keemasan sebagaimana bulan purnama. Semoga.

[supsystic-social-sharing id='1']

Artikel Terkait…

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *