19 Juli 2025 Jam 22:11

Pegiat Lingkungan Pegunungan Rogojembangan Gelar Diskusi dan Aksi Jaga Hutan serta Merawat Air

BANJARNEGARA – Warga di sekitar Pegunungan Rogojembangan, Kecamatan Wanayasa, mengaku prihatin terhadap kerusakan hutan dan dampaknya terhadap sumber mata air.

Perubahan fungsi hutan menjadi lahan pertanian sayuran akibat perambahan telah menyebabkan berkurangnya ketersediaan air bersih serta meningkatkan risiko banjir dan longsor di sekitar Pegunungan Rogojembangan, Kecamatan Wanayasa, Kabupaten Banjarnegara.

Keprihatinan tersebut mendorong sekelompok pemuda yang tergabung dalam Ikatan Pemuda Penggerak Desa Indonesia (IPDA) Banjarnegara menggelar diskusi dan aksi bertema “Menjaga Hutan dan Merawat Air untuk Keberlangsungan Hidup” di Balai Desa Wanaraja, Kecamatan Wanayasa, Banjarnegara, pada Jumat (18/7/2025).

Kegiatan ini diikuti Karang Taruna dari Desa Pesantren, Tempuran, dan Wanaraja, pegiat lingkungan Kecamatan Wanayasa, pecinta alam SK Ma’arif Karangkobar, tokoh masyarakat, serta warga sekitar Pegunungan Rogojembangan. Tujuannya adalah mencari solusi atas kerusakan hutan yang terjadi.

Mereka berharap hutan Pegunungan Rogojembangan dapat dikembalikan fungsinya sebagai hutan lindung, bukan hutan industri, dan tetap menjadi sumber air bersih bagi masyarakat.

Diskusi menghadirkan Dandim 0704 Banjarnegara Letkol Czi Teguh Prasetyanto, Kabag Logistik Polres Banjarnegara AKBP Agus Triyono (mewakili Kapolres), Anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah Ja’far Shodiq, Kasi Pembinaan Sumber Daya Hutan KPH Banyumas Timur Sindar Pasaribu, serta Ketua Pembina Yayasan Serayu Network Indonesia Maman Fasyah.

Ketua Panitia, Rinto Muchlas, mengatakan diskusi dan aksi ini merupakan bentuk kepedulian warga dalam melindungi hutan dari kerusakan akibat aktivitas manusia, termasuk penebangan liar.

 

“Alih fungsi hutan secara liar menjadi lahan pertanian sayuran dapat menyebabkan masalah serius, terutama berkaitan dengan ketersediaan dan kualitas air. Perubahan ini mengurangi kemampuan hutan menyerap air hujan, menyebabkan erosi tanah, dan meningkatkan risiko longsor,” ujar Rinto.

Ia menambahkan, penggunaan pupuk di lahan sayuran juga berisiko mencemari air.

Sementara itu, Ketua IPDA Banjarnegara, Jalu Dwi Prasetyo Aji, berharap diskusi dan aksi ini menjadi solusi mengatasi krisis lingkungan dan menjamin keberlanjutan kehidupan masyarakat sekitar.

“Menjaga hutan dan air bukan sekadar pelestarian alam, tetapi tentang menjaga kelangsungan hidup manusia. Semoga aksi ini bisa menyelesaikan persoalan kerusakan hutan di wilayah Rogojembangan karena ini menyangkut kepentingan banyak orang,” katanya.

Dandim 0704 Banjarnegara Letkol Czi Teguh Prasetyanto menyatakan kesiapannya mendukung upaya konservasi hutan di wilayah tersebut.

“Kami siap mendukung kegiatan ini. Konservasi penting untuk menjaga kelestarian hutan dan sumber air bagi generasi mendatang,” ujarnya.

Ia juga mengajak masyarakat untuk menanam dan merawat pohon hingga kembali membentuk hutan.

“Hari ini kita tanam pohon keras seperti pinus, mahoni, dan aren untuk konservasi dan penyerap air. Harapannya, tanaman ini tak hanya ditanam tapi juga dirawat hingga tumbuh menjadi hutan kembali,” ujarnya usai penanaman di lereng Pegunungan Rogojembangan.

Dandim juga mendorong generasi muda aktif menjaga kelestarian ekosistem. Ia menekankan pentingnya peran masyarakat dalam melestarikan hutan.

“Dengan menjaga hutan, kita turut menjaga keseimbangan ekosistem, menyediakan sumber daya alam berkelanjutan, dan memastikan masa depan generasi mendatang,” tambahnya.

Kasi Pembinaan Sumber Daya Hutan KPH Banyumas Timur, Sindar Pasaribu, juga menekankan pentingnya penanaman pohon keras di lahan-lahan gundul.

“Pohon-pohon dengan akar kuat seperti pohon keras berperan menahan tanah, mencegah erosi dan longsor, serta menjaga stabilitas tanah. Ini sangat penting untuk keberlanjutan sumber mata air,” jelasnya.*** (kominfo/ahr).

[supsystic-social-sharing id='1']

Artikel Terkait…

0 Komentar

Kirim Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *