Banjarnegara – Hasil pertanian rempah kerap dianggap sebagai bumbu dapur biasa. Namun di tangan Kristiono Hadi Pranoto, warga Desa Karangjati, Kecamatan Susukan, Banjarnegara rempah-rempah bisa naik kelas hingga bernilai ratusan juta rupiah.
Ditemui di rumahnya di Desa Karangjati, Kristiono begitu akrab disapa terlihat tengah menata hasil produk olahan rempahnya. Kemasan rempah seperti lada putih, lada hitam, cengkeh, kunyit, pala bubuk hingga minuman rempah tersusun rapi dalam rak estetik di dinding rumahnya.
Sedangkan di sisi belakang, para ibu-ibu tengah sibuk mengolah rempah. Mulai dari mengeringkan rempah di rumah jemur, meracik hingga pengemasan yang dibuat dengan berbagai ukuran.
Melalui brand yang diberi nama Tumata Indonesia ini, Kristiono pelan-pelan membawa rempah hingga mempunyai harga baru. Ia mengatakan ide ini bermula saat dirinya melihat potensi hasil rempah-rempah di Banjarnegara yang begitu melimpah. Hanya di sisi lain, harga jualnya masih belum sesuai harapan.
“Indonesia, termasuk Banjarnegara ini memiliki potensi rempah yang luar biasa. Hanya memang karena tidak diolah maksimal sehingga harga jualnya pun segitu. Makanya pengolahan, sampai kemasan pun perlu dilakukan sesuai SOP agar rempah ini memiliki nilai jual yang tinggi,” ujarnya, Sabtu (15/11/2025).
Usaha pun tidak mengkhianati hasil. Tidak tanggung-tanggung, saat ini rempah yang diolah di desa kecil di Banjarnegara ini sudah dikirim ke berbagai kota di Indonesia. Mulai Jakarta, Semarang, Surabaya dan beberapa kota lainnya. Bahkan sudah ada di pasar-pasar di negara lain. Seperti Singapura hingga Belanda.
“Kalau untuk penjualan, sudah ke beberapa kota. Kemarin juga sempat digunakan untuk oleh-oleh pak Menteri saat ada kunjungan tamu dari luar negeri. Kalau di Indonesia, itu kaya ke Jakarta, Semarang dan lainnya. Ada juga di swalayan di Singapura juga sudah ada sana. Termasuk Belanda juga,” ungkapnya.
Untuk harga, ia tak memungkiri jika rempah olahannya dijual lebih tinggi. Misalnya paketan minuman rempah ia jual mulai Rp 55 ribu sampai Rp 65 ribu dengan isi 10 pack. Saat ini, Kristiono menyebut ada 36 produk rempah yang sudah dipasarkan ke dalam maupun luar negeri.
“Harganya memang lebih tinggi, karena ini memang premium. Dari kemasan hingga rasa saya sangat perhatikan. Misalnya harga untuk isi 10 pack untuk minuman rempah mulai dari Rp 55 ribu sampai Rp 65 ribu. Itu salah satu produknya. Di sini ada 36 produk rempah,” sebutnya.
Tidak heran jika omzet dari olahan rempah cukup menggiurkan. Meski penjualan tidak menentu setiap bulannya, namun rata-rata berkisar Rp 100 juta hingga Rp 150 juta.
“Kalau ngomongin omzet memang belum menentu. Tapi kalau dirata-rata sekitar Rp 100 juta sampai Rp 150 juta sebulan. Meski ini sudah sampai pasar luar, kami sebenarnya fokus pasar Indonesia. Karena dengan jumlah penduduk yang lebih banyak, permintaan juga akan banyak,” kata dia.
Ia menambahkan, tidak mau berkembang sendiri, Tumata Indonesia juga melibatkan pengrajin lain di sekitar desanya. Salah satunya ada pengrajin bambu yang digandeng untuk membuat salah satu kemasan rempah.
“Jadi kolaborasi dengan pelaku usaha lain ini penting. Jadi bisa tumbuh bersama saling suport. Beberapa kemasan saya menggunakan bambu yang dikerjakan oleh pengrajin bambu di sekitar sini,” imbuhnya. [KominfoBna-2025]




0 Komentar